Rabu, 13 April 2011

Orientasi-Orientasi Karakter dan Gangguan Kepribadian


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia memiliki karakter yang berbeda-beda. Karakter-karakter tersebut merupkan hal yang menjadi ciri khas dari setiap individu. Karakter kadang dipersepsikan oleh orang lain sama dengan kepribadian ataupun watak, namun sesungguhnya antara karakter, kepribadian, dan watak adalah hal yang berbeda walau ketiga hal tersebut hampir sama.

Kepribadian (personality) adalah suatu pola watak yang relatif permanen, dan sebuah karakter yang unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualitas bagi perilaku seseorang. Watak (traits) memberikan kontribusi bagi perbedaan-perbedaan individu dalam perilakunya, konsistensi perilakunya di sepanjang waktu, dan stabilitas perilaku tersebut di setiap situasi. Watak mungkin saja unik, atau umum bagi beberapa kelompok orang, atau mungkin dimiiki seluruh spesies manusia, namun pola-nya selalu berbeda bagi setiap individu. Karena itu masing-masing pribadi, meskipun mirip dengan yang lain dalam satu-dua hal, tetap memilik sebuah kepribadian yang unik. Karakter (charakteristic) adalah kualitas unik seseorang yang mencakup atribut-atribut, seperti tempramen, fisik dan intelegensia.

Dari penjelasan tersebut sudah sangat jelas tentang perbedaan antara kepribadian, watak, dan karakter. Pada makalah ini akan dibahas secara mendalam mengenai karakter dan lebih tepatnya mengenai orientasi-orientasi karakter.

Orientasi-orientasi karakter memiliki dua pembagian secara umum yaitu orientasi-orientasi karakter yang nonproduktif dan orientasi-orientasi karakter yang produktif.

Orientasi-orientasi karakter yang nonproduktif menyebabkan seseorang dapat mencapai hal-hal tertentu tetapi setelah melewati tahapan dari keempat orientasi nonproduktif yaitu, (1). Menerima hal-hal secara passif, (2) Mengeksploitasi atau merampas hal-hal dengan paksa, (3). Menimbun objek-objek, dan (4). Memasarkan atau menukarkan hal-hal. Namun walaupun keempat tahapan ini telah dilewati, masih memungkinkan terjadinya kegagalan bagi manusia untuk dapat mendekati kebebasan positif tau realisasi diri. Oleh karena itu orientasi ini disebut sebagai orientasi “nonproduktif”.

Keempat tahapan tersebut menjadikan sesorang memiliki beberapa karakter khusus dari tahap orientasi nonproduktif tersebut yaitu, Reseptif (receptive), Eksploitatif (explotative), Penimbun (Hoarding), dan Marketing (marketing).

Semua karakter yang ditimbulkan dari orientasi nonproduktif ini memiliki ciri khas negatif dan positif tersendiri yang membedakannya dengan ciri karakter yang lainnya.

Berbeda dengan orientasi nonproduktif, orientasi produktif memiliki tiga dimensi yakni, kerja, cinta, dan penalaran. Hanya melalui aktivitas yang produktif barulah manusia dapat menjawab dilemma dasar manusia;yaitu menyatu dengan dunia dan orang lain. Sembari mempertahankan keunikan dan individualitasnya. Solusi ini dapat dicapai hanya melalui kerja, cinta, dan pemikiran yang produktif.

Orientasi produktif memberikan pemahan bahwa perjuangan bertahan hidup sebagai individu yang sehat bergatung pada kemampuan mereka menerima hal-hal dari orang lain secara terbuka, mengambil hal-hal dengan tepat, menjaga hal-hal dengan baik, menukar hal-hal dengan benar, dan bekerja, mencintai dan berpikir secara produktif.

Gangguan kepribadian juga sangat berpengaruh terhadap pemahaman kita tentang manusia yang merupakan objek penting bagi kajian psikologi. Sangat banyak fenomena gangguan kepribadian yang terjadi disekitar kita yang mungkin hingga saat ini belum dapat dipahami secara baik. Kaplan dan Saddock mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang biasanya; kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan. Sedangkan gangguan kepribadian adalah suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang. Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dan dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan subjektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian (1997 : 242). Gangguan kepribadian digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu, (1) Kelompok A (odd/eccentric cluster), terdiri dari gangguan kepribadian paranoid, schizoid, dan schizotypal. Individu dalam kelompok ini menampilkan perilaku yang aneh dan eksentrik., (2) Kelompok B (dramatic/erratic cluster), terdiri dari gangguan kepribadian antisosial, borderline, histrionic, dan narcissistic. Individu dalam kelompok ini menampilkan perilaku yang dramatik atau berlebih-lebihan, emosional dan eratik (tidak menentu atau aneh).(3)Kelompok C (anxious/fearful cluster), terdiri dari gangguan kepribadian avoidant, dependent, dan obsessive-compulsive. Individu dalam kelompok ini menampilkan perilaku cemas dan ketakutan.

Pada makalah kami akan dibahas mengenai tiga jenis gangguan kepribadian yang merupakan kasus terberat dari gangguan kepribadian lainnya yaitu, Nekrofilia (Necrophilia), Narsisme Sadistik (Malignant Narcissism), dan Simbiosis Insestik ( Incentuous Symbiosis).

Psikoterapi adalah suatu metode penyembuhan yang berusaha untuk menelaah secara detail penyebab utama munculnya suatu penyakit yang sangat terkait dengan bagaimanakah kondisi psikis seseorang penderita penyakit tersebut. Psikoterapi merupakan sebuah teknik yang intensif dan berdurasi panjang (baca: lama), dimana tujuannya hendak mengungkap motif-motif dan konflik alam bawah sadar pada individu yang neurotik dan mengalami kecemasan (individu yang memiliki gangguan, bukan pada individu “normal”). Freud melihat bahwa suatu gangguan disebabkan oleh konflik antara id dan superego, serta kurangnya integrasi ego dalam diri individu. Akibatnya, individu pun melakukan represi, yang turut pula memicu suatu mekanisme pertahanan diri.

Psikoterpi dilakukan dengan melakukan terapis yaitu menghubungkan diri dengan pasien terapis agar pasien terapi dapat merasakan satu dengan seseorang. Meskipun Transference bahkan Countertransference bisa hadir dalam hubungan ini, yang terpenting adalah dua manusia yang nyata saling terlibat satu sama lain.Transference adalah saat si pasien mengembangkan reaksi emosional ke terapis. Hal ini bisa saja dikarenakan pasien mengidentifikasi terapis sebagai seseorang di masa lalunya, misalnya orang tua atau kekasih. Disebut positive transference apabila perasaan itu adalah perasaan sayang dan kekaguman, serta negative transference apabila perasaan ini mengandung permusuhan atau kecemburuan.

Countertransference adalah saat ketika terapis menjadi suka atau tidak suka kepada pasien karena pasien tersebut mirip dengan seseorang di kehidupannya. Hal ini penting untuk disadari terapis karena dapat mempengaruhi efektivitas terapi.

Metode-metode investigasi Fromm dilakukan dengan melakukan beberapa peneliatian kepribadian dari banyak sumber, termasuk psikoterapi, antropologi budaya, dan psikosejarah. Namun demikian pada makalah ini akan dibahas secara singkt mengenai studi antropologis tentang kehidupan di sebuah pedesaan Meksiko dan analisis psikobiografis tentang Adolf Hitler.

Dari penelitian yang dilakukan di Meksiko tentang karakter sosial yang ada di sana, maka ditemukan beberapa karakter yang sesuai dengan karakter yang elah dikemukakan Fromm sebelumnya yaitu, reseptif-nonproduktif, penimbunan-nonprodutif dan eksploitatif-nonproduktif.

Fromm juga menguji tentang dokumen-dokumen sejarah dalam rangka menggambarkan potret psikologis seorang pribadi yang terkenal, sebuah teknik yang disebut psikohistoros atau psikobiografi, yang dimana Fromm berusaha melakukan psikohistoris terhadap Adolf Hitler.

Tulisan-tulisan dari Fromm mengenai karakter, ternyata tidak memiliki pengaruh besar terhadap penelitian empiris selanjutnya, karena terbukti hanya sedikit penelitian empiris yang dapat dihasilkan dari tulisan Froom. Oleh karena itu dilakukan riset-riset yang juga terkait dengan tulisan Froom mengenai karakter.

Dalam makalah ini sangat banyak hal penting yang berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari, utamanya mengenai karakter dan gangguan kepribadian. Oleh karana itu pembahasan dalam makalah ini sangat penting untuk dikaji lebih lanjut agar dapat diperoleh pengetahuan yang lebih luas mengenai karakter dan gangguan kepribadian itu sendiri.

BAB II

POKOK PEMBAHASAN

A. Orientasi-orientasi karakter

Teori Fromm, kepribadian seseorang tercermin dari orientasi karakternya, yaitu cara yang relatif permanen dari seseorang dalam berhubungan dengan manusia atau hal-hal lainnya. Kualitas kepribadian terpenting yang dicapai adalah karakter didefinisikan sebagai “system yang relative permanen bagi semua perjuangan non-instingtual, yang dilalui manusia yang menghubungkan dirinya dengan manusia lain dan dunia alamiah” (Fromm, 1973 dalam Feist, 2008).

Fromm (1992), yakin bahwa karakter adalah pengganti bagi minimnya isting pada manusia. Bukannya bertindak berdasarkan insting, manusia lebih bertindak menurut karakternya. Jika setiap mereka harus berhenti dulu dan berpikir tentang konsekuensi-konsekuensi dari perilaku mereka, maka tindakan mereka akan menjadi tidak efisien dan tidak kosisten lagi. Dengan bertindak menurut sifat karakter mereka manusia dapat bersikap secara efisien, spontan, dan konsisten.

Manusia berhubungngan dengan dunia melalui dua cara yaitu dengan mencapai dan menggunakan hal-hal (asimilasi), dan dengan menghubungkan diri sendiri dan diri-diri yang lain (sosialisasi).

1. Orientasi-Orientasi yang Nonproduktif .

Manusia dapat mencapai hal-hal lewat satu dari empat orientasi nonproduktif berikut ini yaitu, (1). Menerima hal-hal secara passif, (2) Mengeksploitasi atau merampas hal-hal dengan paksa, (3). Menimbun objek-objek, dan (4). Memasarkan atau menukarkan hal-hal.

Fromm menggunakan istilah “nonproduktif” untuk menunjukkan bahwa strategi-strategi seperti ini akan gagal jika digunakan manusia untuk mendekati kebebasan positif atau realisasi diri. Walaupun demikian, orientasi-orientasi nonproduktif ini tidak seluruhnya negatif karena masing-masing memiliki aspek negatif dan positif. Kepribadian selalu merupakan campuran atau kombinasi beberapa orientasi, meskipun salah satu orientasi lebih dominan.

Ada beberapa karakter yang dimiliki oleh manusia.

1. Reseptif (receptive),

Karakter reseptif merasa bahwa sumber bagi semua kebaikan terletak di luar diri mereka bahwa satu-satunya cara mereka berhubungan dengan dunia adalah menerima semua hal termasuk cinta, pengetahuan dan kepemilikan material. Mereka lebih memusatkan perhatian kepada menerima dari pada memberi. Kualitas negatif pribadi reseptif mencakup kepasifan, kepatuhan, dan kurang percaya diri. Sifat positif mereka sebaliknya adalah kesetiaan, penerimaan, dan rasa percaya kepada orang lain.

2. Eksploitatif (explotative)

Karakter eksploitatif percaya bahwa sumber-sumber semua kebaikan berada di luar dirinya. Namun, tidak seperti pribadi reseptif, mereka secara agresif mengambil apa yang mereka inginkan dari pada menunggu dari pada menerimanya dengan pasif. Dalam hubungan sosial, mereka tampak menggunakan paksaan atau kekuatan untuk mengambil pasangan, ide-ide atau property seseorang. Manusia yang ekploitatif bisa saja “jatuh cinta” dengan seorang perempuan yang sudah menikah, bukan karena dia benar-benar menyukai perempuan itu, melainkan karena dia ingin mengeksploitasi istrinya. Wilayah ide, manusia yang eksploitatif lebih suku mencuri atau mem-plagiat dari pada menemukan ide-ide baru. Tidak seperti karakter reseptif, mereka bersedia mengungkapkan pendapatnya sendiri namun, biasanya itu adalah opini yang sudah dicuri dari orang lain. Mengenal sisi negatifnya, karakter eksploitatif cenderung egosentrik, penuh tipu daya, arogan, dan penuh bujuk rayu. Sedangkan sisi positifnya, mereka bersifat impulsif, bangga, dan penuh percaya diri.


3. Penimbun (Hoarding)

Karakter penimbun lebih berusaha menyelamatkan apa yang diperolehnya. Mereka memegang segala sesuatu tetap dalam dirinya dan tidak membiarkan satu hal pun lepas.Mereka menyimpan uang uang, perasaan, dan pikiran untuk mereka sendiri. DAlam hubungan cinta mereka berusaha memiliki cinta seseorang dan menjaga hubungan itu daripada membiarkannya berusaha dan tumbuh. Mereka mirip dengan karakter anal Freud dalam hal keteraturan yang berlebih-lebihan, keras kepala dan pelit. Namun begitu, Fromm(1964) percaya bahwa karakter penimbun watak anal ini bukan hasil dari dorongan-dorongan seksual melainkan bagian dari ketertarikan umum mereka kepada segala sesuatu yang tidak hidup, termasuk feses.

Sifat negatif dari kepribadian diantara mencakup rigiditas, sterilitas, kekeraskepalaan, kompulsif, dan tidak kreatif; sebaliknya, karakter positifnya mencakup suka kerapihan, suka kebersihan, dan hemat.

4. Marketing (marketing)

Karakter marketing tumbuh dari perdagangan modern di mana perdangangan bukan lagi milik personal melainkan dilakukan koperasi-koperasi raksasa tak berwajah. Konsisten dengan tuntutan-tuntutan perdagangan modern karakter marketing melihat diri mereka sebagai diri mereka sebagai komoditas di mana nilai pribadi mereka bergantung kepada nilai tukar mereka, yaitu kemampuan untuk menjual diri mereka sendiri.

Kepribadian marketing atau pertukaran harus melihat diri mereka selalu berada dalam permintaan yang konstan; mereka harus membuat orang lain percaya bahwa mereka harus memiliki kecakapan khusus dan pandai menjual. Rasa aman pribadi terletak diatas landasan yang labil karena mereka harus menyesuaikan kepribadian mereka dengan apa yang sedang diminati. Mereka memainkan banyak peran dan dituntun oleh motto. “Aku adalah apa yang kamu inginkan. “(Fromm, 1947, dalam Feist).

Manusia marketing tidak memiliki masa lalu atau masa depan, dan tidak memiliki prinsip atau nilai permanen. Mereka memiliki sedikit saja sifat positif dibandingkan orientasi yang lain. Karena pada dasarnya mereka adalah bejana kosong yang harus diisi dengan apapun karateristik yang paling laris dijual.

Ciri negatif karakter marketing tidak memiliki tujuan, oportunis, dan tidak konsisten dan menyia-nyiakan diri sendiri. Namun cirri positifnya mencakup kesediaan mau berubah, berpikiran terbuka, adaptif dan murah hati.


2. Orientasi Produktif

Orientasi yang produktif memiliki tiga dimensi yakni, kerja, cinta, dan penalaran. Karena manusia produktif bekerja menuju kebebasan positif yang realisasi terus menerus potensi mereka, maka mereka adalah orang-orang yang paling sehat dari semua tipe karakter. Hanya melalui aktivitas yang produktif barulah manusia dapat menjawab dilemma dasar manusia;yaitu menyatu dengan dunia dan orang lain. Sembari mempertahankan keunikan dan individualitasnya. Solusi ini dapat dicapai hanya melalui kerja, cinta, dan pemikiran yang produktif.

Manusia yang sehat menilai kerja bukan sebagai akhir, melainkan sebagai cara pengekspresian diri secara kreatif. Mereka tidak bekerja untuk mengeksploitasi orang lain atau mengakumulasi kepemilikian material yang tidak dibutuhkan. Mereka tidak malas atau aktif, namun kompulsif, melainkan menggunakan kerja sebagai cara memproduksi hal-hal yang dibutuhkan untuk hidup.

Cinta yang produktif dicirikan oleh empat kualitas cinta seperti perhatian, tanggung jawab, penghargaan, dan pengenalan. Sebagai tambahan empat karateristik ini, manusia yang sehat memiliki biofilia; yaitu cinta yang menggebu-gebu terhadap kehidupan dan semua yang hidup. Pribadi biofilia berhasrat mengembangkan semua kehidupan sampai sejauh mungkin – hidup manusia, hewan, tumbuhan, ide,dan budaya. Mereka focus pada pertumbuhan dan perkembangan diri mereka seperti terhadap orang lain. Individu-individu ingin mempengaruhi manusia lewat cinta, rasio, dan keteladanan – bukan dengan kekuatan pemaksaan. Fromm yakin bahwa cinta kepada orang lain dan cinta kepada diri sendiri tidak dapat dipisahkan namun bahwa cinta pada diri harus datang lebih dulu. Semua orang memiliki kemampuan untuk melakukan cinta yang produktif namun, sebagian besar tidak dapat mencapainya lkarena pertam-pertama mereka tidak dapat mencintai diri mereka sendiri apa adanya.

Pemikiran yang produktif, merupakan pemikiran yang tidak dapat dipisahkan dari kerja dan cinta yang produktif, dimotivasi oleh minat besar terhadap orang atau objek lain. Manusia yang sehat melihat orang lain sebagaimana adanya dan bukan seperti yang mereka inginkan terhadap orang-orang itu.Dengan cara yang sama mereka mengenal diri mereka sendiri apa adanya dan tidak perlu menipu diri sendiri.

Fromm (1947)yakin bahwa manusia yang sehat bersandar kepada sejumlah kombinasi dari kelima orientasi karakter ini. Perjuangan bertahan hidup sebagai individu yang sehat bergantung pada kemampuan mereka menerima hal-hal dari orang lain secara terbuka, mengambil hal-hal dengan tepat, menjaga hal-hal dengan baik, menukar hal-hal dengan benar, dan bekerja, mencintai, dan berpikir secara produktif.

B. Gangguan-gangguan Kepribadian

Menurut Erich Fromm, tokoh psikoanalisis humanistik (1900-1980), menyatakan bahwa orang yang mengalami gangguan psikologis tidak mampu mencintai dan telah gagal menegakkan persatuan dengan orang lain.

Perkembangan jiwa yang sehat dicapai dengan memenuhi kebutuhan eksistensial secara positif, yaitu mengembangkan cinta, kreativitas, keutuhan, individualitas, dan tujuan hidup yang rasional. Dalam masyarakat kita, berapa banyak kita menemukan hal sebaliknya?

Kita banyak menjumpai orang yang gagal mengembangkan cinta sehat kepada orang lain, dengan menjadi orang yang tunduk membudak atau sebaliknya, mendominasi orang lain. Kita juga sering menemukan individu yang gagal mengembangkan transendensi, sebaliknya cenderung merusak kehidupan. Betapa banyak individu yang narsis, gagal mencapai keberakaran dalam komunitasnya, terutama di kota-kota besar.

Kita juga mudah menemukan orang yang tidak berhasil mengembangkan individualitasnya, melainkan hidup sekadar melakukan konformitas: mengikuti apa yang menjadi tren kelompok/masyarakat. Sebagian orang mengembangkan tujuan irasional: mau jadi tokoh bangsa, tetapi berorientasi pada kebesaran diri pribadi; mau jadi martir, tetapi membunuh banyak orang; mau jadi presiden tanpa peduli track-record; dsb.

Berikut ini jenis-jenis gangguan kepribadian yang lebih khusus menurut Fromm, yaitu necrophilia (nekrofilia), malignant narcissism, incestuous symbiosis (IS). Kita perlu menyadari bentuk gangguan kepribadian ini, terutama yang berpengaruh besar di masyarakat. Kita juga perlu menyadari kemungkinan kita memiliki andil membentuk kepribadian tidak sehat ini dalam lingkungan kita.

1.Nekrofilia
Istilah ini berarti kecintaan pada kematian. Biasanya menunjuk pada perbuatan seksual yang tidak lumrah, di mana seseorang membutuhkan kontak seksual dengan mayat. Namun, Fromm mengunakan istilah nekrofilia untuk hal yang lebih luas, menyangkut ketertarikan pada kematian. Ini merupakan kebalikan dari
biofilia. Secara alami orang mencintai kehidupan, tetapi bila kondisi sosial menghalangi perkembangan biofilia, orang mungkin mengadopsi nekrofilia.

Kepribadian nekrofili membenci kemanusiaan. Mereka rasis, diskriminatif, penghasut perang, senang menggertak orang yang lemah. Mereka menyukai darah, kerusakan, teror, dan penyiksaan. Mereka suka merusak kehidupan, menganjurkan hukum dan aturan secara keras, menyenangi malam daripada siang, dan senang beroperasi dalam kegelapan.

Pribadi nekrofilia tidak memilih untuk bersikap destruktif, karena lebih tepatnya, perilaku destruktif mereka justru cerminan dari karakter dasar mereka itu sendiri. Semua orang dapat bersikap agresif dan sedtruktif pada waktu-waktu tertentu namun, di sepanjang hidupnya, pribadi nekrofili memberontak di sekitar kematian, destruksi, penyakit, dan kemerosotan.

Orang nekrofili berperilaku destruktif sebagai refleksi dari karakter dasar mereka. Tidak sama dengan orang yang hanya sesekali berbuat agresif.

Dalam konteks situasi sekarang, kepribadian nekrofilia dapat ditemukan pada orang yang senang menciptakan kerusuhan massal (ingat konflik Ambon, Poso, dsb), pembantaian atau pembunuhan massal (ingat peristiwa G30S PKI, Mei 1998, peristiwa orang hilang, dsb), teroris, dan juga pembunuh berantai. Pelakunya melakukan dengan model gerakan bawah tanah. Dalam kehidupan sehari-hari mereka tampil sebagai pribadi yang baik dan bermoral.

2. Malignant narcissism (Narsisme Nadistik)

Orang berkepribadian sehat kadang menunjukkan bentuk narsisme lunak, yakni ketertarikan terhadap tubuhnya sendiri. Dalam bentuk yang berbahaya, narsisme menghalangi persepsi yang objektif terhadap realitas, sehingga segala sesuatu yang dimiliki menjadi sangat berharga, sebaliknya yang dimiliki orang lain kurang berharga.

Individu yang narsis asyik dengan dirinya sendiri, bukan hanya terbatas mengagumi dirinya di depan kaca. Keasyikan dengan tubuh sendiri sering mengakibatkan hipokondriasis (merasa sakit meski secara medis tidak ada gangguan fisik), atau memberi perhatian yang obsesif terhadap kesehatan sendiri.

Fromm juga menyebutkan adanya hipokondriasis moral atau suatu keasyikan terhadap kesalahan akibat pelanggaran pada masa lalu. Orang yang terfiksasi, pada dirinya sangat mungkin menginternalisasi pengalaman (mengidentifikasi siapa dirinya berdasar yang dialami) dan memikirkan kesehatan fisik dan kebajikan moral secara obsesif.

Orang narsis mencapai rasa aman dengan mengembangkan keyakinan menyimpang, bahwa kualitas pribadi luar biasa melebihi orang lain. Karena apa yang dimilikinya dirasa sedemikian luar biasa, mereka yakin bahwa dirinya tidak perlu melakukan apa-apa untuk menjamin nilai-nilai pribadinya.

Rasa harga diri tergantung pada imajinasi dirinya yang narsistik, tidak berdasarkan prestasi. Bila usahanya dikritisi oleh orang lain; mereka marah, dan mungkin mengamuk. Bila kritik itu bertubi-tubi, mungkin mereka tidak mampu melawan, lalu berbalik marah pada dirinya sendiri. Hasilnya depresi, merasa dirinya tidak berharga.

Pribadi narsistik memiliki apa yang disebut horney “klaim-klaimneurotik”. Mereka mencapai rasa aman dengan memegang erat-erat keyakinan yang terdistorsi bahwa kualitas personal mereka yang luar biasa sudah member mereka superioritas di atas siapa pun. Karena apa yang mereka miliki termasuk penampilan, kesehatan fisik, kekayaan, begitu menakjubkan sehingga mereka percaya tidak perlu melakukan apapun untuk membuktikan nilai mereka. Rasa keberhargaan mereka bergantung pada ghambar diri mereka yang narsistik dan bukannya kepada pencapaian-pencapaian mereka yang sebenarnya. Ketika upaya-upaya mereka dikritik orang lain mereka akan bereaksi dengan penuh kemarahan dan kekerasan, seringkali balik membalasa pengkritiknya dan berusaha menghancurkan mereka. Jika kritik terlalu menohok sehingga mereka tidak sanggup menerimanya maka mereka menyimpan kemarahan itu di dalam dirinya. Hasilnya adalah depresi perasaan tak berharga. Meskipun depresi rasa bersalah yang besar dan hipokonriasis bias tampak sebagai apapun kecuali pengagungan diri, Fromm percaya bahwa masing-masing hal ini dapat mengarah kepada sindrom narsisme yang lebih dalam

Individu narsistik juga mudah ditemukan di tengah masyarakat kita. Mereka adalah orang-orang yang berhenti berkembang (mengalami fiksasi) karena asyik memperhatikan diri sendiri dan merasa dirinya luar biasa. Mereka tidak tahan dikritik, sebaliknya senang menunjuk kekurangan orang lain, tampaknya untuk meyakinkan bahwa dirinya tetap yang terbaik.

Mereka tergantung pada orang-orang tertentu, yang diharapkan dapat mendukung konsep dirinya dengan selalu mengamini apa saja yang dikatakan dan dilakukan. Mereka sangat marah bila orang-orang terdekat ini ternyata mengkritisi dirinya.

Mereka memosisikan diri sebagai orang yang berintegritas, tetapi kenyataannya tidak mampu melakukan suatu usaha jangka panjang karena tidak tahan bekerja sama dengan orang lain yang berbeda pendapat dengan dirinya, atau menurut anggapan tidak memiliki moral setingkat dirinya.

Bila menjadi pemimpin, tentu saja tidak mampu menjadi pemimpin yang produktif (bekerja, mencintai, dan berpikir sehat).


3. Incistuous symbiosis/Simbiosis Insestik

Ini merupakan orientasi patologis dengan ciri utama ketergantungan yang sangat tinggi pada ibu atau pengganti ibu. Incestuous symbiosis (IS) merupakan bentuk luar biasa dari fiksasi terhadap ibu (orang yang tetap bergantung pada ibu). Fiksasi pada ibu dalam bentuk yang lebih umum, sebagai contoh adalah pria yang membutuhkan wanita untuk merawat-menyukai dan memuja dirinya; mengalami kecemasan serta depresi bila kebutuhannya tidak terpenuhi.

Pada penderita IS, kepribadiannya bercampur pribadi lain, dan kehilangan identitas dirinya secara individual. Hal ini bermula di masa bayi sebagai kelekatan alami terhadap ibu yang mengasuh. Kelekatan ini berkembang sedemikian rupa.

Mereka merasakan kecemasan dan ketakutan yang ekstrem bila hubungan itu terancam. Mereka yakin tidak sanggup hidup tanpa pengganti ibu. Dalam hal ini yang berperan sebagai pengganti ibu tidak perlu seseorang, melainkan berupa keluarga, perusahaan, agama, negara. Orang IS mendistorsi alasan kekuasaan atau kapasitasnya untuk mencintai secara otentik, menghalanginya mencapai kemandirian dan integritas.

Dalam sejarah, Hitler sebagai penguasa Jerman menggunakan kekuasaannya untuk pembunuhan besar-besaran terhadap orang Yahudi. Ini merupakan wujud kelekatan pada ras Jerman sebagai pengganti ibu. Ia melakukan kekejaman itu atas nama kecintaannya pada ras Jerman.

Dalam masyarakat kita, IS ditemukan pada orang yang memiliki fanatisme membabibuta, yang paling menonjol adalah terhadap agama. Atas nama kecintaan pada agama, mereka menginginkan kekuasaan dan menyerang kelompok lain yang berbeda pandangan.

Beberpa individu patologis memiliki ketiga gangguan kepribadian ini yaitu mereka tertarik kepada hal-hal yang mati atau nekrofilia, memperoleh kesenangan dari menghancurkan orang-orang yang dianggap sebagai inferior (narsisme sadistic), dan memilki hubungan simbiotik, neoritik dengan ibu atau figure pengganti ibu mereka (simbiosis insestik). Pribadi yang seperti ini membentuk apa yang disebut Fromm Sindrom kemerosotan (Syndrom of decay). Dia mengontraskan pribadi patologis ini dengan mereka yang ditandai dengan sindrom pertumbuhan atau syndrome of growth yang disusun oileh kualitas-kualitas yang berlawanan yaitu biofilia, cinta, dan kebebasan positif.

C. Psikoterapi

Psikoterapi adalah suatu metode penyembuhan yang berusaha untuk menelaah secara detail penyebab utama munculnya suatu penyakit yang sangat terkait dengan bagaimanakah kondisi psikis seseorang penderita penyakit tersebut. Psikoterapi merupakan sebuah teknik yang intensif dan berdurasi panjang (baca: lama), dimana tujuannya hendak mengungkap motif-motif dan konflik alam bawah sadar pada individu yang neurotik dan mengalami kecemasan (individu yang memiliki gangguan, bukan pada individu “normal”). Freud melihat bahwa suatu gangguan disebabkan oleh konflik antara id dan superego, serta kurangnya integrasi ego dalam diri individu. Akibatnya, individu pun melakukan represi, yang turut pula memicu suatu mekanisme pertahanan diri.

Psikoterpi dilakukan dengan melakukan terapis yaitu menghubungkan diri dengan pasien terapis agar pasien terapi dapat merasakan satu dengan seseorang. Meskipun Transference bahkan Countertransference bisa hadir dalam hubungan ini, yang terpenting adalah dua manusia yang nyata saling terlibat satu sama lain.Transference adalah saat si pasien mengembangkan reaksi emosional ke terapis. Hal ini bisa saja dikarenakan pasien mengidentifikasi terapis sebagai seseorang di masa lalunya, misalnya orang tua atau kekasih. Disebut positive transference apabila perasaan itu adalah perasaan sayang dan kekaguman, serta negative transference apabila perasaan ini mengandung permusuhan atau kecemburuan.

Countertransference adalah saat ketika terapis menjadi suka atau tidak suka kepada pasien karena pasien tersebut mirip dengan seseorang di kehidupannya. Hal ini penting untuk disadari terapis karena dapat mempengaruhi efektivitas terapi. Fromm mengembangkan sistem terapi sendiri yang dinamakannya: Psikoanalisis Humanistik. Dibanding Psikoanalisa Freud. Fromm lebih memperdulikan dengan aspek interpersonal dari hubungan teraputik. Menurutnya tujuan klien dalam terapi adalah untuk memahami diri sendiri. Tanpa pengetahuan tentang diri sendiri, orang tidak akan tahu orang lain. Fromm yakin bahwa klien mengikuti terapi untuk mencari kepuasan dari kebutuhan dasar kemanusiaannya, yakni keterhubungan, keberasalan, transendensi, perasaan identitas, dan kerangka orientasi. Karena itu terapi harus dibangun melalui hubungan pribadi antara terapis dengan kliennya.

Froom (1963) yakin bahwa terapis mestinya tidak terlalu bersikap ilmiah dalam memahami pasiennya. Hanya dengan sikap keterhubungan barulah orang lain dapat sungguh-sungguh dipahami. Terpis mestinya tidak melihat pasien sebagai sebuah penyakit atau sesuatu selain sebagai sebuah pribadi dengan kebutuhan manusiawi yang sama seperti yang dimiliki semua orang lain termasuk dirinya.

D. Metode-Metode Investigasi Froom

Metode-metode investigasi Fromm dilakukan dengan melakukan beberapa peneliatian kepribadian dari banyak sumber, termasuk psikoterapi, antropologi budaya, dan psikosejarah. Namun demikian pada makalah ini akan dibahas secara singkt mengenai studi antropologis tentang kehidupan di sebuah pedesaan Meksiko dan analisis psikobiografis tentang Adolf Hitler.

  1. Karakter Sosial di Pedesaan Meksiko

Froom berusaha untuk dapat memahami orientasi karaktermasyarakat pedesaan yang ada di Meksiko. Froom mencoba untuk menemukan karakter yang menjadi ciri khas dari masyarakat pedesaan yang ada di sana. Fromm melakukan penelitian ini dengan tinggal bersama para penduduk desa dan berusaha memperoleh rasa penerimaan mereka. Setelah memperoleh rasa penerimaan dan tinggal di antara penduduk desa, Fromm mulai melakukan penelitiannya dengan meggunakan seperangkat teknik yang dirancang untuk mengetahui karakter penduduk yang ada di sana. Yang termasuk diantara peranti riset adalah wawancara intensif, laporan mimpi, kuisioner mendetail dan dua teknik proyektif. Dari penelitiannya, Froom menemukan ada tiga tipe karakter yang sesuai demngan pembahasan Fromm yaitu, reseptif-nonproduktif, penimbunan-nonprodutif dan eksploitatif-nonproduktif.

  1. Studi psikohistoris tentang Hitler

Fromm juga menguji tentang dokumen-dokumen sejarah dalam rangka menggambarkan potret psikologis seorang pribadi yang terkenal, sebuah teknik yang disebut psikohistoros atau psikobiografi, yang dimana Fromm berusaha melakukan psikohistoris terhadap Adolf Hitler. Fromm melihat Hitler sebagai contoh pribadi yang paling terkenal di seluruh dunia denag teori kemerosotannya, memiliki kombinasi nekrofilia, narsisme sadistik, dan simbiosis insestik. Dia tertarik pada kematian dan destruksi; berfokus sangat sempit pada kepentingan diri; dan dorongan oleh devosi insestik “ras” jerman, mendedikasikan secara fanatik dirinya untuk mencegah darahnya dicemari oleh darah Yahudi dan ras-ras “non-arya” lainya. Fromm mengamati bahwa tidak ada dalam kehidupan kanak-kanak Hitler awal yang dapat mendorong dirinya secara mutlak menuju sindrom kemerosotan. Dengan menekankan agar kita tidak melihat Hitler sebagai bukan manusia, Fromm menyimpulkan study psikosejarahnya dengan kata-kata “Analisi apapun yang akan mendistorsi gambar Hitler dengan melecehkan kemanusiaan hanya akan semakin memperluas kecenderungan kita untuk menjadi buta terhadap potensi-potensi kemunculan Hitler-Hitler lain kecuali mereka semua menganakan Tanduk” (hlm. 433).

E. Riset-riset Terkait

Tulisan-tulisan dari Fromm mengenai karakter, ternyata tidak memiliki pengaruh besar terhadap penelitian empiris selanjutnya, karena terbukti hanya sedikit penelitian empiris yang dapat dihasilkan dari tulisan Froom. Oleh karena itu dilakukan riset-riset yang juga terkait dengan tulisan Froom mengenai karakter.

Salah satu riset yang relatif baru adalah konsepnya tentang karakter marketing, yang dilukiskan Fromm sebagai pribadi yang melihat diri mereka sebagai komoditas untuk diperjualbelikan. Pribadi seperti ini percaya bahwa nilai pribadi mereka terletak diluar diri mereka, sehingga mereka harus mengiyakan terus menerus harapan-harapan orang lain.

Shaun Saunders dan Don Munron (2000) mengembangkan Saunders Consument Orientation Indexuntuk (SCOI)menilai karakter marketing Fromm. Hasil dari temuannya adalah SCOI memiliki validitas konvergen tetapi juga memenuhi validitas divergen dan pada akhirnya ditemukan validitas diskriminan

rinkasnya, dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pribadi yang diberkan skor tinggi dalam karakter marketing Fromm cenderung lebih mudah marah, depresi, dan cemas daripada pribadi yang diberikan skor rendah dengan skala itu. Selain itu, karakter marketing cenderung mengasumsikan ketidaksetaraan diantara manusia dan menilai kompetisi lebih tinggi daripada kerjasama.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Orientasi-orientasi karakter akan menjadi ciri khas dari seorang individu.

2. Orientasi karakter terbagi atas dua yaitu orientasi nonprodukif dan orientasi produktif.

3. Orientasi nonproduktif terdiri atas Reseptif (receptive), Eksploitatif (explotative), Penimbun (Hoarding), dan Marketing (marketing).

4. Terdapat beberapa gangguan kepribadian yang sangat kritis, yaitu Nekrofilia (Necrophilia), Narsisme Sadistik (Malignant Narcissism), dan Simbiosis Insestik ( Incentuous Symbiosis).

5. psikoterapi merupakan jenis terapi yang memfokuskan pada keterikatan atu hubungan yang sangat dekat antara terapis dan pasien terapi.

6. hasil tulisan Fromm tidak menghasilakan penelitian Empiris yang banyak

B. Rekomendasi

Rekomendasi bagi pembahasan pada makalah ini yaitu:

  1. Sebaiknya psikohistoris yang dibahas tidak hanya terdiri atas seorang tokoh saja tapi bisa lebih dari itu
  2. Sebaiknya gangguan kepribadian yang dibahas lebih dispesifikkan masuk kedalam gangguan kepribadian tipe apa.
  3. Riset-riset terkait yang dijelaskan hanya memaparkan satu contoh, sebaiknya diberikan lebih dari dua contoh agar lebih jelas.

DAFTAR PUSTAKA

Davison, G. C., Neale, J. M., & Kring, A. N. 2004. Psikologi Abnormal. Terjemahan oleh Noermalasari Fajar. 2006. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Feist, Jess, & Feist, J. G. 2008. Theories of Personality.

Ramadhani, A. V. 2008. Personality Disorder (Gangguan Kepribadian). (Online) (file:///G:/jurnal%20gangguan%20kepribadian.htm, diakses tanggal 12 Mei 2009).

Leary, T. (1957). Interpersonal diagnosa dari pribadinya. New York: Ronald Press.

Gurtman, MB (2009, 10 Mei). Interpersonal yang circumplex [WWW dokumen]. URL http://www.uwp.edu/academic/psychology/faculty/netcirc.htm