Rammang-Rammang (The Little Guan Xi)
Minggu malam, tepatnya tanggal 21 oktober 2013, tiba-tiba hp saya
nerima sms dari Ran. Ran, dy teman SMA saya, hobi nge-desain dari dulu, sampai
sekarang belum berubah, makanya dy sempat ngelanjutin pendidikannya di sekolah
desain. Dulu dy kuliah di bandung, setelah lulus balik lagi ke makassar. Sempat
kerja beberapa saat di bandung, magang di jakarta, tapi dari semua pekerjaan
yang sudah dy jalani, katanya ga' ada yang menarik untuk dinikmati sepanjang
masa, dan sekarang dy sedang menikmati indahnya hidup dengan nongkrong di
makassar. Ya, makassar, kota dimana dy menghabiskan sebagian besar hidupnya,
bisa dibilang kampung setelah tanah kelahirannya. Adduh, ko' malah ngebahas
soal Ran yah? Baiklah, kembali ke fokus.
Sms Ran malam itu cukup singkat
"Tari, besok sibuk nda?", hanya itu.
Saya sih belum jelas juga besok mau ngapain, tapi sedang mengumpulkan
tenaga dan menguatkan hati untuk kembali bertemu dengan dosen pembimbing,
berharap ada yang berubah, ada kemajuan menuju gelar sarjana psikologi yang
telah lama saya abaikan. Loh, ko' malah jadi curhat yah? Baiklah, fokus.
Karena belum punya rencana apa-apa dan malas kemana-mana, saya jawab
saja
"besok sih, rencananya mau ketemu dosen
pembimbing, tapi, yah, ga' tau juga"
Ran akhirnya balas sms saya, dan balasan sms nya buat mata saya
tiba-tiba berbinar -binar seperti habis kejatuhan bintang kejora. *hallllaaahhh
"besok
rencananya mau jalan ke rammang-rammang, kakak ku sudah bersedia meminjamkan
mobilnya, tapi ndada yang bisa nyupir, rencananya sih mau ngajak utun, tapi
sampai sekarang masih belum bisa dihubungi"
Dengan semangat saya membalas sms Ran
"IIIIKKKKKUUUUTTTT!!!!" kemudian melanjutkannya "coba hubungi utun lewat line, fb, atau
medsos lainnya"
"sudah, tapi belum
ada respon".
Akhirnya saya masuk ke grup kedubes, tempat biasa utun nongkrong di
sana.*nah loh
"utun where are
you??" tidak lama
kemudian, utun bls chat itu
"apaa..apaa..apa.."
"akhirnya
dirimu muncul juga, coba di cek dulu semua inbox mu, sepertinya banyak yang
mencari mu hari ini" setelah itu sdh tdk
ada balasan.
Masuklah sy ke chat personal
"utun, sdh cek
pesan dari Ran?"
"sudah, dari
ullu juga sudah"
Kebetulan, sy sama ullu juga lagi chit chat. Sudah dapat info sih,
katanya ullu, utun nda bisa ikut, soalnya dy baru datang dari kampungnya, jadi
masih cape'. Ya sudah lah. Jadi saya ngerespon chat nya utun hanya dengan
kalimat yang sering sy bilang kemarin-kemarin kalo dy mulai susah dihubungi
"dirimu
ternyata habis pulang kampung? Pantes susah dihubungi, kenapa kerajinan sekali
pulang kampung kah?"
"hehehe, ada
job ces" di situlah akhir dari chat kami
malam itu.
Kemudian ngelanjutin chat ke ullu lagi. Inti dari percakapan kami adalah...jeng...jeng..jeng..jeng...*apaan
sih?
Saya nanya ullu, besok jadi pergi atau tidak, dan katanya jadi, kita
berangkatnya ber-4, saya, ullu, ran dan seorang teman Ran bernama aiya. Aiya
laki-laki loh, dy orangnya rame, seru, dan banyak tau. Karena awalnya belum tau
aiya seperti apa, makanya saya minta tolong ke ullu untuk ngajakin tyar, sapa
tau saja si tyar bisa ngajakin utun, bowo, sama abid, setidaknya masih ada abid
di sana yang bisa kami harapkan untuk bawa mobil. Tapi sepertinya ullu nda
ngabarin apa-apa ke tyar. Yah, memang dy nda ngabarin apa-apa ke tyar waktu itu.
Nda tau kenapa kaya'nya sekarang-sekarang ini ullu jadi banyak ga' enakannya ke
orang lain. Saya minta ullu untuk ngabarin saya perkembangan perjalanan untuk
esok hari. Rencana awal berangkat pagi, siang sebelum dzuhur dah balik lagi ke
makassar.
Paginya sms ullu masuk
"kita jadi ke
rammang2 hari ini, tapi berangkatnya jam 3".
Okelah, karena berangkatnya jam
3, jadi saya ke kampus dulu buat ketemu dosen pembimbing, tapi sebelumnya sy
sms tyar dulu
"tyar, kita mau
berangkat ke rammang-rammang hari ini jam 3, ajak mi juga utun, abid, sama
bowo, kakaknya Ran pinjamkan mobilnya, tapi utun nda bisa bawa mobilnya karena
masih cape', coba tanya abid bisa atau tidak".
Tyar, jenis orang yang paliiiiiinnnggg malas balas sms, jadi sy nda
begitu berharap sms ku di balas sama dy, dy baca sms ku saja, sudah syukur, dan
alhasil sms itu memang nda di balas sama sekali.
Sampailah saya di rumah Ran sekitar pukul setengah tiga sore, ternyata
sudah ada aiya di sana, tinggal tunggu ullu, nda lama kemudian datanglah ullu, kiraiin
dah mau langsung berangkat, ternyata tunggu adeknya Ran dulu, karena ternyata
yang jadi driver kita menuju rammang-rammang hari itu adeknya Ran. Nda lama
menunggu, eh tiba-tiba si tyar datang.
"baru menyala
hp qu, saya baca sms katanya berangkat jam 3, saya langsung berangkat ke
sini".
Lama menunggu,
ngobrol..ngobrol..ngobrol..eh, ade'nya Ran nyampe jam setengah lima. Yah, nda
mungkin kan qta berangkatnya jam segitu, paling sampe sana sudah gelap, sudah
nda bisa liat apa-apa. Masih bingung dengan keberangkatan kita, akhirnya kita
mikirin dulu, gimana berangkat ke sana tanpa harus berharap lagi ke ade'nya Ran
yang sudah terlanjur mengecewakan keberangkatan kita hari itu. Akhirnya, ide
untuk naik motor kesana keluar dari otaknya Ran. Tapi kita waktu itu berlima,
yang bisa bawa motor sih tiga orang, ran, aiya, sama tyar, sayangnya motornya
ran lagi rusak, jadi hanya ada dua motor. Mikir, cari orang lagi, saya coba
buka kontak2 yang ada di hp, eh nemu namanya si fuad, saya akhirnya
merekomendasikan si fuad untuk ikut bersama kita. Karena komunikasinya hanya
lewat sms, sementara magrib sudah hampir waktunya, kita putuskanlah untuk ke
warung dulu cari makan. Sepertinya saya tidak perlu menceritakan inseden di
warung waktu itu. Sementara kami sedang "menikmati" makanan kami
masing-masing, tiba-tiba ada kabar gembira, si fuad mau ikut, saking girangnya
kita, akhirnya yang tadinya hanya lewat sms, karena bersemangat, kami telpon
langsung lah si fuad. Ye..ye..ye..
Ternyata bukan hanya keikutsertaan fuad yang buat kami girang malam
itu, tapi kita juga akhirnya nemu driver yang bisa nganter kita ke
rammang-rammang, dy "si Fuad".
Akhirnya malam itu kita fix kan jadwal keberangkatan kita, pagi, jam 8
ngumpul di rumahnya Ran.
Malamnya sy
sms Tyar, karena tadi dy hampir putus asa akibat tidak ada "lelaki"
yang bisa mendampinginya *nah loh. Maksudnya tidak ada teman laki-laki dari
kelas kami dulu "kedubes" yang ikut. Jadi sms sy lagi-lagi hanya
berupa pemberitahuan tanpa berharap ada balasan.
"tyar, kita
jadi berangkat besok pagi, jam 8, nda jadi naik motor, ada fuad yang bawa mobil
kakaknya ran".
Alhasil sms itu memang nda di
balas. Saya coba chat dy di line juga dengan pemberitahuan yang sama, tapi
ternyata juga tidak dibalas. Ya sudahlah, untung sy tidak pernah berharap
pesan-peasn itu di balas. Saya coba ajak utun, karena alasan tidak ikutnya dy
kemarin cape', nda bisa bawa mobil, jadi sy ajakin dy dengan pemberitaahuan
kalo' ada fuad yang bisa nge-drive mobil, tapi ternyata dy juga nda bisa ikut
besoknya, katanya sih ada interviu kerja jam setengah sembilan. Ya sudahlah.
Besok paginya, tyar sms
"Tar, sudah di
rumahnya Ran?", sy langsung balas
smsnya saat itu juga
"belum, jemput
duleh".
Lama saya nunggu, eh si tyar nda datang-datang, sudah hampir jam 8,
akhirnya sy sms tyar,
"jangan mi ke
rumah".
Kemudian sy sms ullu
"sisa siapa
yang belum ada?"
Ternyata hanya tinggal saya. Betul..betul.. Si tyar, ngapain sms nanya
saya sudah di rumah ran atau belum kalo balasan sms ku nda di
baca..ckckckck...itulah salah satu alasan sy, malas sms-an dengan tyar. Si Tyar
nya malaaaaaaaasssssss balas sms....
Sampai di rumahnya Ran, sudah ada semuanya, iya semuanya, kecuali
saya, di sana sudah ada aiya, fuad, ullu, tyar, ran, dan gusti. Dengan hanya
berbekal botol aqua untuk minum masing-masing, berangkatlah kita menuju
rammang-rammang, dengan formasi fuad driver, samping fuad ada tyar, di tengah
ada Ran, sy, dan aiya, di belakang ada ullu sama gusti.
Sepanjang
perjalanan sudah keliatan batu-batu besar berjejer, katanya Ran sih itu
"little guan xi" seperti yang ada di cina, hanya di sini lebih kecil
dan lebih pendek. Jalan dari makassar sekitar jam delapan atau setengan
sembilan, diperjalanan kita sempatin untuk nelpon bapak-bapak yang menyewakan
perahunya untuk menyusuri sungai di rammang-rammang. Namanya Dg. Beta, setelah
aiya bernegosiasi dengan beliau, ternyata kita dapat harga yang lumayan mahal,
perahu kecil untuk 4 orang 150rb, yang besar cukup 8 orang 300rb. Huuuaaahhh,
kami masih mahasiswa, maksud sy, sy, fuad, dan tyar masih mahasiswa, sementara
yang lainnya belum punya penghasilan tetap. Itu sih kemahalan, untung fuad
punya referensi yang lainnya. Dapat sewa perahu, katanya sih 100rb, punya si
dandi, itupun sudah kapal yang besar, muat buat kami ber-7.
Karena belum pernah ada yang kesana sama sekali, hanya modal nekat dan
dengar cerita orang lain. Nyasarlah kita sampai ke pangkep. Untung fuad sudah
biasa jalan kemana-mana, jadinya sudah familiar dengan situasi seperti ini.
Akhirnya singgah lah kami ke beberapa orang yang ditemui di jalan untuk
menanyakan keberadaan lokasi rammang-rammang itu. Ternyata kita kelewatan, yah
sudahlah, akhirnya kita mutar balik. Nemu bosowa, masuk lorong yang ada gapura
warna birunya, perumahan, saya lupa nama desanya apa, masuk terus sampai nemu jalan
berkelok-kelok, dapat jembatan kita berhenti di situ dan meneruskan perjalanan
dengan berjalan kaki.
Sampai sana, hmmm, tidak dapat melukiskan lewat kata-kata untuk
keindahan alam yang tersembunyi itu, liat lewat gambar saja ya...
Mencari orang yang menyewakan perahu di sana, hari itu agak sulit,
soalnya, hari itu hari selasa, mungkin karena orang sana mikirnya ga' bakalan
ada orang yang berkunjung hari kerja, jadinya sepi deh. Orang yang dicari fuad,
juga ternyata tidak ada, sementara kita tetap mau menghindar dari peyewaan
perahu dg. Beta, yang kami samarkan namanya jadi betrix agar kehadiran kami
tidak terlacak oleh orang-orangnya. Akhirnya kami terus berjalan, bukan kami,
tapi fuad dan tyar terus berjalan mencari penyewaan perahu yang pas dengan kantong
kami, sementara sy, ran, gusti, ullu dan aiya, menunggu di bale-bale rumah
salah seorang warga di sana. Tidak lama kemudian, sementara ran dan aiya ngambil
gambar, dan kami beristirahat, masuklah telpon tyar, dy minta kita untuk jalan
ke tempat dy dan fuad berada sekarang, katanya di sana ada yang mau menyewakan
perahunya, perahu besar, cukup untuk kami bertujuh, dengan harga 130rb, yah
ndapapa lah, daripada naik perahu betrix yang harganya 300rb...
Ini pertama kalinya saya naik perahu menyusuri sungai, yang saat itu
katanya sungainya sudah mau surut beberapa saat lagi, tanpa pelampung, naiklah
kami ke perahu itu, sempat deg-degan sih, soalnya yang bawa perahu sepertinya
lebih muda dari kami, bahkan bisa dibilang masih anak-anak, selain itu
sepanjang perjalanan, perahunya beberapa kali mati mesin, beberapa kali nabrak
pohon-pohon nipa, waduh, sapa yang nda deg-degan, sementara skill untuk
berenang masih rata-rata. Akhirnya, sampailah kami di spot pertama. Tanah
lapang luas, rumput-rumput yang ada bunganya, baru pertama kali saya ngeliat
rumput yang di atasnya ada bunga putih kecil-kecil, cantik, batu-batu besar
menjulang tinggi, yang pernah nonton sun gokong pasti bisa ngebayangin bentuk
batu-batu menjulangnya seperti gunung lima jari, tempat sun gokong dulu di
tahan. Sempat ada warga yang negur, nanya kita mau kemana, kita saja belum
jelas mau kemana waktu itu, trus si ibu itu nanya kita mau ke gua? Kita sih
sudah ngerti, maksud si ibu pasti mau jadi guide qta di sana, tapi karena ini
tanggal tua, kami hanya tersenyum saja pada ibu itu, dan ngomong kalo qta belum
punya arah tujuan.
Kemudian dapat info lewat sosmed (masih sempat buka fb si ullu),
katanya di rammang-rammang ada taman bidadari, akhirnya taman bidadari itu jadi
tujuan kita selanjutnya. Setelah ngambil beberapa gambar, dan merasa cukup
lelah dengan perjalanan itu, akhirnya kita kembali mengenakan perahu yang di
sewa tadi, kembali ke tempat awal kita naik perahu itu. Dari situ, kita nanya
lokasi taman bidadari, katanya trus saja sampai nemu rumah pak RT, belok kiri.
Baiklah, akhirnya kita ngelanjutin perjalanan, nemu rumah pak RT qita nanya
lagi, jalan lagi, akhirnya nemu petunjuk jalan yang tulisannya *liat gambar
Karena nda tau rumah pak Jo yang mana, dan sepertinya tujuannya
lagi-lagi untuk menjadi guide tour qta, fuad ngajakin kita jalan saja terus,
mengikuti jalan setapak, bekas jejak-jejak langkah pernah berpijak ke sana.
Ternyata mesti manjat gunung, lewat gua-gua kecil, sungai yang sudah tertimbun
batu-batu kecil, dan karena saya tidak tau medannya seperti itu, kasihanlah
sendal yang saya pake, alasnya licin, tipis, dan akhirnya menyulitkan saya
untuk menyusuri perjalanan kala itu *haaaallllaaahhh...
Untung si tyar berbaik hati untuk menuntun saya melewati beberapa
jalan yang agak sulit saya lewati dengan sendal itu. Jadilah tangan tyar, saya
pegangi untuk beberapa saat, hanya untuk jalan yang memang sulit untuk saya
lewati, soalnya yang lainnya sudah jalan duluan di depan sih, saya beruntung
ada tyar waktu itu. Thanks tyar, tangan mu sangat berjasa menuju taman
bidadari.
Sepanjang jalan sempat bertanya-tanya juga, kenapa disebut taman
bidadari, awalnya malah kita sebutnya telaga bidadari, jadi setiap ada kolam, genangan
air, semua kita sebut telaga bidadari, mungkin karena kecapean mencari telaga
bidadari yang ternyata di papannya
tertulis taman bidadari.
Sampailah kita di taman bidadari, ternyata memang, kolam, air jernih,
segar, dengan bebatuan menjulang di samping kiri kanannya dan batu-batu itu
juga menjadi dasar dari kolam tersebut. Akhirnya,,,ffiuh, kami melepas lelah di
sana, walau nda terjun mandi langsung, setidaknya airnya mampu menyegarkan
otot-otot kaki kami yang sedari tadi bersusah payah untuk menemukannya.
Duduk-duduk sambil merendam kaki, bercakap-cakap, ngambil gambar, setelah lelah
kami hilang, lapar mulai datang. Saya, ullu, ran dan gusti, masih ada di
pinggir telaga, sementara tyar sedang ngambil gambar kami, beberapa space di
belakang tyar dengan arah yang berlawanan, ada aiya berdiri, depan aiya ada
fuad, dan tiba-tiba....buuuukkkk!!!!
Ranting, bukan ranting, dahan, bukan juga, ukurannya lebih besar,
batang pohon yang lumayang besar, jatuh diantara tyar dan aiya, tiba-tiba
berasa horor, ga' kebayang saja, kalo tyar atau aiya kena batang pohon itu.
Mungkin kami yang kelewat becanda atau karena nda ijin sebelumnya ke pak jo
sesuai dengan papan petunjuk, entahlah, apa yang terjadi saat itu, kami hanya
bisa bersyukur karena tidak ada yang luka, tidak ada yang kena' batang
pohonnya, dan kami pun menyegerakan untuk pulang. Entah kenapa, langkah-langkah
kaki kami rasanya lebih mudah saat pulang daripada saat datang tadi, dan
rasanya lebih cepat sampai ke mobil daripada saat menuju ke taman bidadari.
Setidaknya penasaran akan rammang-rammang sudah tidak mengusik benak kami lagi.
Maros, Rammang-Rammang, 22 Oktober 2013
Fuad, Tyar, Ran, Tari, Aiya, Ullu,Gusti
Keberangkatan
kami hari itu, Selasa, 22 Oktober 2013
Perjalanan
dari makassar ke rammang-rammang sekitar satu sampai satu setengah jam
Menyusuri
perjalanan di sana sekitar dua sampai tiga jam
Biaya
perjalanan hanya sewa perahu 130rb, kapal besar muat 7-8 orang
Perjalanan
itu tepat hari dimana dian (herdianti) salah satu teman SMA kami di kedubes
nikah, jadi perjalanan itu kami dedikasikan untuk nikahannya dian, selamat yah
dian!!!! Akhirnya jadi istri orang....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar