Senin, 28 Oktober 2013

Rammang-Rammang (The Little Guan Xi)


Rammang-Rammang (The Little Guan Xi)


Minggu malam, tepatnya tanggal 21 oktober 2013, tiba-tiba hp saya nerima sms dari Ran. Ran, dy teman SMA saya, hobi nge-desain dari dulu, sampai sekarang belum berubah, makanya dy sempat ngelanjutin pendidikannya di sekolah desain. Dulu dy kuliah di bandung, setelah lulus balik lagi ke makassar. Sempat kerja beberapa saat di bandung, magang di jakarta, tapi dari semua pekerjaan yang sudah dy jalani, katanya ga' ada yang menarik untuk dinikmati sepanjang masa, dan sekarang dy sedang menikmati indahnya hidup dengan nongkrong di makassar. Ya, makassar, kota dimana dy menghabiskan sebagian besar hidupnya, bisa dibilang kampung setelah tanah kelahirannya. Adduh, ko' malah ngebahas soal Ran yah? Baiklah, kembali ke fokus.
Sms Ran malam itu cukup singkat
 "Tari, besok sibuk nda?", hanya itu.
Saya sih belum jelas juga besok mau ngapain, tapi sedang mengumpulkan tenaga dan menguatkan hati untuk kembali bertemu dengan dosen pembimbing, berharap ada yang berubah, ada kemajuan menuju gelar sarjana psikologi yang telah lama saya abaikan. Loh, ko' malah jadi curhat yah? Baiklah, fokus.
Karena belum punya rencana apa-apa dan malas kemana-mana, saya jawab saja
 "besok sih, rencananya mau ketemu dosen pembimbing, tapi, yah, ga' tau juga"
Ran akhirnya balas sms saya, dan balasan sms nya buat mata saya tiba-tiba berbinar -binar seperti habis kejatuhan bintang kejora. *hallllaaahhh
"besok rencananya mau jalan ke rammang-rammang, kakak ku sudah bersedia meminjamkan mobilnya, tapi ndada yang bisa nyupir, rencananya sih mau ngajak utun, tapi sampai sekarang masih belum bisa dihubungi"
Dengan semangat saya membalas sms Ran
"IIIIKKKKKUUUUTTTT!!!!"  kemudian melanjutkannya "coba hubungi utun lewat line, fb, atau medsos lainnya"
"sudah, tapi belum ada respon".
Akhirnya saya masuk ke grup kedubes, tempat biasa utun nongkrong di sana.*nah loh
"utun where are you??"  tidak lama kemudian, utun bls chat itu
"apaa..apaa..apa.."
"akhirnya dirimu muncul juga, coba di cek dulu semua inbox mu, sepertinya banyak yang mencari mu hari ini" setelah itu sdh tdk ada balasan.
Masuklah sy ke chat personal
"utun, sdh cek pesan dari Ran?"
"sudah, dari ullu juga sudah"
Kebetulan, sy sama ullu juga lagi chit chat. Sudah dapat info sih, katanya ullu, utun nda bisa ikut, soalnya dy baru datang dari kampungnya, jadi masih cape'. Ya sudah lah. Jadi saya ngerespon chat nya utun hanya dengan kalimat yang sering sy bilang kemarin-kemarin kalo dy mulai susah dihubungi
"dirimu ternyata habis pulang kampung? Pantes susah dihubungi, kenapa kerajinan sekali pulang kampung kah?"
"hehehe, ada job ces" di situlah akhir dari chat kami malam itu.
Kemudian ngelanjutin chat ke ullu lagi. Inti dari percakapan kami adalah...jeng...jeng..jeng..jeng...*apaan sih?
Saya nanya ullu, besok jadi pergi atau tidak, dan katanya jadi, kita berangkatnya ber-4, saya, ullu, ran dan seorang teman Ran bernama aiya. Aiya laki-laki loh, dy orangnya rame, seru, dan banyak tau. Karena awalnya belum tau aiya seperti apa, makanya saya minta tolong ke ullu untuk ngajakin tyar, sapa tau saja si tyar bisa ngajakin utun, bowo, sama abid, setidaknya masih ada abid di sana yang bisa kami harapkan untuk bawa mobil. Tapi sepertinya ullu nda ngabarin apa-apa ke tyar. Yah, memang dy nda ngabarin apa-apa ke tyar waktu itu. Nda tau kenapa kaya'nya sekarang-sekarang ini ullu jadi banyak ga' enakannya ke orang lain. Saya minta ullu untuk ngabarin saya perkembangan perjalanan untuk esok hari. Rencana awal berangkat pagi, siang sebelum dzuhur dah balik lagi ke makassar.
Paginya sms ullu masuk
"kita jadi ke rammang2 hari ini, tapi berangkatnya jam 3".
 Okelah, karena berangkatnya jam 3, jadi saya ke kampus dulu buat ketemu dosen pembimbing, tapi sebelumnya sy sms tyar dulu
"tyar, kita mau berangkat ke rammang-rammang hari ini jam 3, ajak mi juga utun, abid, sama bowo, kakaknya Ran pinjamkan mobilnya, tapi utun nda bisa bawa mobilnya karena masih cape', coba tanya abid bisa atau tidak".
Tyar, jenis orang yang paliiiiiinnnggg malas balas sms, jadi sy nda begitu berharap sms ku di balas sama dy, dy baca sms ku saja, sudah syukur, dan alhasil sms itu memang nda di balas sama sekali.
Sampailah saya di rumah Ran sekitar pukul setengah tiga sore, ternyata sudah ada aiya di sana, tinggal tunggu ullu, nda lama kemudian datanglah ullu, kiraiin dah mau langsung berangkat, ternyata tunggu adeknya Ran dulu, karena ternyata yang jadi driver kita menuju rammang-rammang hari itu adeknya Ran. Nda lama menunggu, eh tiba-tiba si tyar datang.
"baru menyala hp qu, saya baca sms katanya berangkat jam 3, saya langsung berangkat ke sini".
 Lama menunggu, ngobrol..ngobrol..ngobrol..eh, ade'nya Ran nyampe jam setengah lima. Yah, nda mungkin kan qta berangkatnya jam segitu, paling sampe sana sudah gelap, sudah nda bisa liat apa-apa. Masih bingung dengan keberangkatan kita, akhirnya kita mikirin dulu, gimana berangkat ke sana tanpa harus berharap lagi ke ade'nya Ran yang sudah terlanjur mengecewakan keberangkatan kita hari itu. Akhirnya, ide untuk naik motor kesana keluar dari otaknya Ran. Tapi kita waktu itu berlima, yang bisa bawa motor sih tiga orang, ran, aiya, sama tyar, sayangnya motornya ran lagi rusak, jadi hanya ada dua motor. Mikir, cari orang lagi, saya coba buka kontak2 yang ada di hp, eh nemu namanya si fuad, saya akhirnya merekomendasikan si fuad untuk ikut bersama kita. Karena komunikasinya hanya lewat sms, sementara magrib sudah hampir waktunya, kita putuskanlah untuk ke warung dulu cari makan. Sepertinya saya tidak perlu menceritakan inseden di warung waktu itu. Sementara kami sedang "menikmati" makanan kami masing-masing, tiba-tiba ada kabar gembira, si fuad mau ikut, saking girangnya kita, akhirnya yang tadinya hanya lewat sms, karena bersemangat, kami telpon langsung lah si fuad. Ye..ye..ye..
Ternyata bukan hanya keikutsertaan fuad yang buat kami girang malam itu, tapi kita juga akhirnya nemu driver yang bisa nganter kita ke rammang-rammang, dy "si Fuad".   Akhirnya malam itu kita fix kan jadwal keberangkatan kita, pagi, jam 8 ngumpul di rumahnya Ran.
Malamnya sy sms Tyar, karena tadi dy hampir putus asa akibat tidak ada "lelaki" yang bisa mendampinginya *nah loh. Maksudnya tidak ada teman laki-laki dari kelas kami dulu "kedubes" yang ikut. Jadi sms sy lagi-lagi hanya berupa pemberitahuan tanpa berharap ada balasan.
"tyar, kita jadi berangkat besok pagi, jam 8, nda jadi naik motor, ada fuad yang bawa mobil kakaknya ran".
 Alhasil sms itu memang nda di balas. Saya coba chat dy di line juga dengan pemberitahuan yang sama, tapi ternyata juga tidak dibalas. Ya sudahlah, untung sy tidak pernah berharap pesan-peasn itu di balas. Saya coba ajak utun, karena alasan tidak ikutnya dy kemarin cape', nda bisa bawa mobil, jadi sy ajakin dy dengan pemberitaahuan kalo' ada fuad yang bisa nge-drive mobil, tapi ternyata dy juga nda bisa ikut besoknya, katanya sih ada interviu kerja jam setengah sembilan. Ya sudahlah.
Besok paginya, tyar sms
"Tar, sudah di rumahnya Ran?", sy langsung balas smsnya saat itu juga
"belum, jemput duleh".
Lama saya nunggu, eh si tyar nda datang-datang, sudah hampir jam 8, akhirnya sy sms tyar,
"jangan mi ke rumah".
 Kemudian sy sms ullu
"sisa siapa yang belum ada?"
Ternyata hanya tinggal saya. Betul..betul.. Si tyar, ngapain sms nanya saya sudah di rumah ran atau belum kalo balasan sms ku nda di baca..ckckckck...itulah salah satu alasan sy, malas sms-an dengan tyar. Si Tyar nya malaaaaaaaasssssss balas sms....
Sampai di rumahnya Ran, sudah ada semuanya, iya semuanya, kecuali saya, di sana sudah ada aiya, fuad, ullu, tyar, ran, dan gusti. Dengan hanya berbekal botol aqua untuk minum masing-masing, berangkatlah kita menuju rammang-rammang, dengan formasi fuad driver, samping fuad ada tyar, di tengah ada Ran, sy, dan aiya, di belakang ada ullu sama gusti.
Sepanjang perjalanan sudah keliatan batu-batu besar berjejer, katanya Ran sih itu "little guan xi" seperti yang ada di cina, hanya di sini lebih kecil dan lebih pendek. Jalan dari makassar sekitar jam delapan atau setengan sembilan, diperjalanan kita sempatin untuk nelpon bapak-bapak yang menyewakan perahunya untuk menyusuri sungai di rammang-rammang. Namanya Dg. Beta, setelah aiya bernegosiasi dengan beliau, ternyata kita dapat harga yang lumayan mahal, perahu kecil untuk 4 orang 150rb, yang besar cukup 8 orang 300rb. Huuuaaahhh, kami masih mahasiswa, maksud sy, sy, fuad, dan tyar masih mahasiswa, sementara yang lainnya belum punya penghasilan tetap. Itu sih kemahalan, untung fuad punya referensi yang lainnya. Dapat sewa perahu, katanya sih 100rb, punya si dandi, itupun sudah kapal yang besar, muat buat kami ber-7.
Karena belum pernah ada yang kesana sama sekali, hanya modal nekat dan dengar cerita orang lain. Nyasarlah kita sampai ke pangkep. Untung fuad sudah biasa jalan kemana-mana, jadinya sudah familiar dengan situasi seperti ini. Akhirnya singgah lah kami ke beberapa orang yang ditemui di jalan untuk menanyakan keberadaan lokasi rammang-rammang itu. Ternyata kita kelewatan, yah sudahlah, akhirnya kita mutar balik. Nemu bosowa, masuk lorong yang ada gapura warna birunya, perumahan, saya lupa nama desanya apa, masuk terus sampai nemu jalan berkelok-kelok, dapat jembatan kita berhenti di situ dan meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki.
Sampai sana, hmmm, tidak dapat melukiskan lewat kata-kata untuk keindahan alam yang tersembunyi itu, liat lewat gambar saja ya...
Mencari orang yang menyewakan perahu di sana, hari itu agak sulit, soalnya, hari itu hari selasa, mungkin karena orang sana mikirnya ga' bakalan ada orang yang berkunjung hari kerja, jadinya sepi deh. Orang yang dicari fuad, juga ternyata tidak ada, sementara kita tetap mau menghindar dari peyewaan perahu dg. Beta, yang kami samarkan namanya jadi betrix agar kehadiran kami tidak terlacak oleh orang-orangnya. Akhirnya kami terus berjalan, bukan kami, tapi fuad dan tyar terus berjalan mencari penyewaan perahu yang pas dengan kantong kami, sementara sy, ran, gusti, ullu dan aiya, menunggu di bale-bale rumah salah seorang warga di sana. Tidak lama kemudian, sementara ran dan aiya ngambil gambar, dan kami beristirahat, masuklah telpon tyar, dy minta kita untuk jalan ke tempat dy dan fuad berada sekarang, katanya di sana ada yang mau menyewakan perahunya, perahu besar, cukup untuk kami bertujuh, dengan harga 130rb, yah ndapapa lah, daripada naik perahu betrix yang harganya 300rb...
Ini pertama kalinya saya naik perahu menyusuri sungai, yang saat itu katanya sungainya sudah mau surut beberapa saat lagi, tanpa pelampung, naiklah kami ke perahu itu, sempat deg-degan sih, soalnya yang bawa perahu sepertinya lebih muda dari kami, bahkan bisa dibilang masih anak-anak, selain itu sepanjang perjalanan, perahunya beberapa kali mati mesin, beberapa kali nabrak pohon-pohon nipa, waduh, sapa yang nda deg-degan, sementara skill untuk berenang masih rata-rata. Akhirnya, sampailah kami di spot pertama. Tanah lapang luas, rumput-rumput yang ada bunganya, baru pertama kali saya ngeliat rumput yang di atasnya ada bunga putih kecil-kecil, cantik, batu-batu besar menjulang tinggi, yang pernah nonton sun gokong pasti bisa ngebayangin bentuk batu-batu menjulangnya seperti gunung lima jari, tempat sun gokong dulu di tahan. Sempat ada warga yang negur, nanya kita mau kemana, kita saja belum jelas mau kemana waktu itu, trus si ibu itu nanya kita mau ke gua? Kita sih sudah ngerti, maksud si ibu pasti mau jadi guide qta di sana, tapi karena ini tanggal tua, kami hanya tersenyum saja pada ibu itu, dan ngomong kalo qta belum punya arah tujuan.
Kemudian dapat info lewat sosmed (masih sempat buka fb si ullu), katanya di rammang-rammang ada taman bidadari, akhirnya taman bidadari itu jadi tujuan kita selanjutnya. Setelah ngambil beberapa gambar, dan merasa cukup lelah dengan perjalanan itu, akhirnya kita kembali mengenakan perahu yang di sewa tadi, kembali ke tempat awal kita naik perahu itu. Dari situ, kita nanya lokasi taman bidadari, katanya trus saja sampai nemu rumah pak RT, belok kiri. Baiklah, akhirnya kita ngelanjutin perjalanan, nemu rumah pak RT qita nanya lagi, jalan lagi, akhirnya nemu petunjuk jalan yang tulisannya *liat gambar
Karena nda tau rumah pak Jo yang mana, dan sepertinya tujuannya lagi-lagi untuk menjadi guide tour qta, fuad ngajakin kita jalan saja terus, mengikuti jalan setapak, bekas jejak-jejak langkah pernah berpijak ke sana. Ternyata mesti manjat gunung, lewat gua-gua kecil, sungai yang sudah tertimbun batu-batu kecil, dan karena saya tidak tau medannya seperti itu, kasihanlah sendal yang saya pake, alasnya licin, tipis, dan akhirnya menyulitkan saya untuk menyusuri perjalanan kala itu *haaaallllaaahhh...
Untung si tyar berbaik hati untuk menuntun saya melewati beberapa jalan yang agak sulit saya lewati dengan sendal itu. Jadilah tangan tyar, saya pegangi untuk beberapa saat, hanya untuk jalan yang memang sulit untuk saya lewati, soalnya yang lainnya sudah jalan duluan di depan sih, saya beruntung ada tyar waktu itu. Thanks tyar, tangan mu sangat berjasa menuju taman bidadari.
Sepanjang jalan sempat bertanya-tanya juga, kenapa disebut taman bidadari, awalnya malah kita sebutnya telaga bidadari, jadi setiap ada kolam, genangan air, semua kita sebut telaga bidadari, mungkin karena kecapean mencari telaga bidadari yang ternyata  di papannya tertulis taman bidadari.
Sampailah kita di taman bidadari, ternyata memang, kolam, air jernih, segar, dengan bebatuan menjulang di samping kiri kanannya dan batu-batu itu juga menjadi dasar dari kolam tersebut. Akhirnya,,,ffiuh, kami melepas lelah di sana, walau nda terjun mandi langsung, setidaknya airnya mampu menyegarkan otot-otot kaki kami yang sedari tadi bersusah payah untuk menemukannya. Duduk-duduk sambil merendam kaki, bercakap-cakap, ngambil gambar, setelah lelah kami hilang, lapar mulai datang. Saya, ullu, ran dan gusti, masih ada di pinggir telaga, sementara tyar sedang ngambil gambar kami, beberapa space di belakang tyar dengan arah yang berlawanan, ada aiya berdiri, depan aiya ada fuad, dan tiba-tiba....buuuukkkk!!!!
Ranting, bukan ranting, dahan, bukan juga, ukurannya lebih besar, batang pohon yang lumayang besar, jatuh diantara tyar dan aiya, tiba-tiba berasa horor, ga' kebayang saja, kalo tyar atau aiya kena batang pohon itu. Mungkin kami yang kelewat becanda atau karena nda ijin sebelumnya ke pak jo sesuai dengan papan petunjuk, entahlah, apa yang terjadi saat itu, kami hanya bisa bersyukur karena tidak ada yang luka, tidak ada yang kena' batang pohonnya, dan kami pun menyegerakan untuk pulang. Entah kenapa, langkah-langkah kaki kami rasanya lebih mudah saat pulang daripada saat datang tadi, dan rasanya lebih cepat sampai ke mobil daripada saat menuju ke taman bidadari. Setidaknya penasaran akan rammang-rammang sudah tidak mengusik benak kami lagi.

Maros, Rammang-Rammang, 22 Oktober 2013
Fuad, Tyar, Ran, Tari, Aiya, Ullu,Gusti

Keberangkatan kami hari itu, Selasa, 22 Oktober 2013
Perjalanan dari makassar ke rammang-rammang sekitar satu sampai satu setengah jam
Menyusuri perjalanan di sana sekitar dua sampai tiga jam
Biaya perjalanan hanya sewa perahu 130rb, kapal besar muat 7-8 orang
Perjalanan itu tepat hari dimana dian (herdianti) salah satu teman SMA kami di kedubes nikah, jadi perjalanan itu kami dedikasikan untuk nikahannya dian, selamat yah dian!!!! Akhirnya jadi istri orang....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar